sebuah blog dari saya untuk anda untuk kita dan untuk mereka

Another Widget

Jumat, 11 September 2015

On 01.06 by Unknown   No comments


Oleh : Irfan Fauzi
Kami merayakan kemerdekaan 17 Agustus 2015 kemarin, dengan cara yang sedikit berbeda, yaitu Jalan-Jalan. Saya teringat akan perkataan seorang aktivis mahasiswa tahun 60an, Soe Hok Gie, bahwa agar kita mencintai negeri ini tidaklah cukup dengan slogan-slogan atau yel-yel nasionalisme, tapi kita harus turun dan melihat secara dekat alam nusantara begitu juga masyarakatnya. Untuk itu, saya dan seseorang (baca:pacar) bermaksud untuk mencintai negeri dengan menyelusuri Pantai Selatan Gunung Kidul. 

Pada suatu pagi, kurang lebih pukul 07.15 WIB, 17 Agustus 2015, saat sebagian masyarakat sedang khidmat menyaksikan upacara perayaan kemerdekaan di TV, atau di lapangan, kami sudah siap dengan mantap duduk di atas motor matic. Udara pagi terasa sangat segar, ditambah lingkungan sekitar yang banyak dengan pernak pernik merah putih memacu kami untuk segera mengendarai motor dan siap untuk segera berteriak “merdeka!”. Merdeka untuk pergi ke Pantai! Merdeka bisa ngedate sapa Pacar !he  Merdeka!

Langsung saja gan, setelah kemerdekaan waktu kami dapatkan, kami bergegas meluncur menuju satu pantai incaran kami. Rute yang kami tempuh cukup menarik. Pemandangan selama perjalanan lumayan memanjakan mata karena melewati daerah perbukitan hijau meski sedikit gersang, tepatnya melalui kecamatan Panggang Gunung Kidul.

Kalau dari Jogja cukup melewati terminal Giwangan, lurus ke arah Imogiri Timur, pertigaan ambil ke arah barat, ada pertigaan lagi baru ambil arah selatan (belok kiri), dari situ lurus terus sampai bertemu jalan menanjak dan berkelok-kelok. Dari situ kita akan tembus ke kecamatan Panggang. Untuk menuju kawasan Pantai Gunungkidul dari arah Panggang, kita harus ambil jalur timur ke Saptosari, jangan ambil ke arah Barat, nanti tembusnya malah ke Parangtritis, pantai itu terlalu populer gan. Okey lanjut.

Mendekati Kecamatan Saptosari, jalan aspal hitam mulus terhampar. Disisi-sisinya bekas galian batuan karst yang putih cerah nampak menawan untuk dipandang. Tidak jarang para pengendara mobil atau motor berhenti sejenak untuk berselfie ria dengan background batuan karst yang putih cerah dan kontras dengan jalan aspal yang hitam.

Setelah satu jam setengah kami mengendarai motor, kami sampai di kawasan pantai selatan Gunung Kidul. Ditandai dengan adanya petugas yang berjaga di pos masuk kawasan pantai, dan itu artinya kami harus bayar tiket. Ternyata hanya dengan 10 k per orang, kami sudah bisa mengeksplore hampir seluruh pantai selatan yang terhampar dari barat ke timur. Mulai dari pantai Baron, Pantai Kukup, Pantai Drini, Pantai Indrayanti dan pantai lainnya (saya tidak hafal).

Saat deretan pantai yang saya sebutkan di atas sudah kami lewati, bahkan hingga lebih dari 30 menit memacu motor, kami belum juga menemukan tanda-tanda eksistensi Pantai Nglambor. Yang muncul selama perjalanan hanya marka arah pantai yang populer seperti di atas. Akhirnya kami terpaksa bertanya dimana letak Pantai Nglambor. 

“Oh lurus mawon mas, 15 km lagi nanti dari pertigaan Tepus ambil kanan nggih” kata seorang Ibu penjual bensin. Ternyata setelah perjalanan hampir dua jam, kami harus bersabar dalam melalui 15 km ke depan. Kami baru sadar bahwa rute yang kami tempuh adalah rute memutar. Baiknya jika ingin menuju Pantai Nglambor dari Jogja ke arah Wonosari kota terus ke selatan menuju Tepus. Karena rute yang memutar kami harus membayar retribusi lagi sesaat sebelum mendekati wilayah Pantai Nglambor sebesar 5k per kepala.

Kesabaran kami akhirnya tidak bertepuk sebelah tangan saat melihat penunjuk jalan Pantai Wedi Ombo, yang letaknya satu arah dengan Pantai Nglambor. Kami hanya perlu belok kanan sesuai plang. Jalan menuju Nglambor cukup ekstrim bagi pengendara motor yang tidak biasa nge-track, he. Batu-batu terjal ternyata cukup merepotkan untuk dilewati. Tapi setelah melihat deburan ombak Pantai Nglambor, semua kelelahan perlahan sirna. 

Sebelum turun ke pantai, ada beberapa tempat parkir untuk sepeda motor. Cukup dengan membayar 3k. Pilih saja area parkir sesuai selera mau yang dekat pantai atau yang agak jauh, jika tidak sanggup berlama-lama nge-track di jalur masuk pantai.

Biru laut Pantai Nglambor benar-benar menggoda untuk disinggahi. Terlebih di pantai ini, terkenal dengan snorkeling-nya atau biasa disebut dengan Bintang Nglambor Snorkeling (BNS). Meskipun hanya menyelam di sekitar bibir pantai, tetap saja banyak wisatawan lokal yang berminat untuk ber-snorkeling di Nglambor.

Untuk menuju area snorkeling, kita akan di arahkan oleh penunjuk arah, dengan menuruni tangga menuju bibir pantai. Mendekati bibir pantai, ada tangga menurun lagi dan tidak terlalu lebar. Selepas itu, pasir putih dan bebatuan hitam khas pantai Gunung Kidul langsung menyambut kedatangan para wisatawan termasuk kami. 

Menikmati pantai lebih baik di lihat dari tempat-tempat yang agak tenang, tapi bukan berarti tempat yang sepi lho. Kami pun segera memilih tempat yang tenang dan viewnya mantap. Di sebelah barat pantai ada tebing-tebing yang ujung batunya meneduhi area di bawahnya. Menurut kami, disitulah tempat paling mantap menikmati view Pantai Nglambor.

Jika ingin yang lebih asik, kita bisa merasakan serunya diving di pantai ini hanya dengan 35 k. Nanti akan dibagi menjadi beberapa tim, dengan masing-masing tim ada pemandu dan ada fotografer (maksudnya bisa disuruh jadi tukang foto). Setelah diberikan instruksi oleh pemandu, para penyelam akan beraksi menyelam ringan dan menikmati pemandangan batu karang Pantai Nglambor yang eksotis katanya. Kebetulan karena saat itu saya tidak mood “nyelem” dan basah-basahan, saya tak sampai seperti para diver. 

Kami menggunakan waktu yang ada sebaik mungkin, karena kebetulan pacar saya sedang ada jadwal siaran (radio) sore. Setelah puas menikmati pemandangan Pantai Nglambor dari dekat, kami naik sedikit ke atas “semacam tebing” untuk mendapatkan pemandangan Pantai Nglambor dari ketinggian. Dan ternyata pemandaganya lebih menawan. Biru air laut dan suara deburan ombak pantai selatan terlalu sayang untuk dilewatkan. Belum lagi hembusan angin yang cukup kencang, adalah favorit saya saat menikmati suasana di pantai. Kami juga tidak lupa untuk berselfie ria, agar pemandangan yang mempesona ini terabadikan.

Waktu menunjukkan Pukul 11.00 WIB. Kami bergegas meninggalkan Pantai Nglambor karena kami ingin menjelajah paling tidak satu pantai lagi. Pantai itu adalah Pantai Jogan, yang kami sendiri baru menemukannya saat pulang menuju pertigaan Tepus. Dengan tidak sengaja kami melihat plang “Pantai Jogan”. Kami langsung mengikuti arah plang belok ke arah selatan dan melewati jalan setapak yang sudah di semen dua jalur. Tentunya jalan ini bisa dilewati oleh sepeda motor maupun mobil hanya saja sempit. Tempatnya tidak terlalu ramai. Tampak dari area parkir yang sepi, hanya ada 4 mobil dan beberapa sepeda motor. Untuk biaya parkir sepeda motor cukup dengan 2k tidak dibatasi waktu, kecuali nginep. 

Sepinya pantai bukan karean Pantai Jogan yang tidak indah, tapi karena belum banyak orang yang tahu pantai ini. keindahan pantai ini berbeda dengan pantai lainnya. Disini kita bisa menemukan semacam air terjun, karena sungai kecil dari daerah sekitar Pantai Jogan bermuara ke pantai ini, dan membentuk sebuah grojokan (air terjun) yang tingginya kurang lebih 5-6 meter. Dibawah grojokan, pantai mini yang dipenuhi Pasir putih, batu-batu karang dan batu-batu berwarna putih - pink (saya gak tahu namanya) terhampar menyambut kucuran air grojokan. Biasanya para wisatawan banyak berselfie ria di bawah grojokan ini. 




Untuk menuju kebawah grojokan, jalan yang dilewati sedikit ekstrem, tapi bagi yang menyukai hal-hal ekstrem tentu bukan masalah besar. Oh ya yang bawa pacar, adek, atau teman perempuan, siap-siap tangannya dipake untuk tempat bergantung. He. Mungkin karena pantai yang belum terlalu dikelola dengan baik, jalan turun berupa jalan batu bekas tebing menuju area bawah grojokan hanya dibatasi kayu-kayu reyot sebagai pegangan. Terlebih kalau habis hujan dan air laut pasang, maka saya tidak merekomendasikan untuk turun ke area grojokan. Tapi jika ingin pemandangan yang berbeda maka cobalah turun.

Selain itu tempat “nongkrong” Pantai Jogan yang asik, ada di atas grojokan. Tempatnya lapang dan ada sediki bebatuan sisa tebing yang menjorok ke laut. Saat disini kita bisa melihat luasnya laut Pantai Selatan dan keceriaan para wisatawan di bawah grojokan. Beberapa pohon rindang yang menghiasi area “nongkrong”, membuat suasana teduh di sekitar Pantai. 




She and I

Waktu menunjukkan pukul 12.30 WIB saat matahari sudah cukup terik serta adzan dhuhur yang tak lagi terdengar. Meski waktu yang kami habiskan berdua cukup singkat, kami sangat menikmati keindahan alam Pantai Nglambor dan Pantai Jogan. Dengan demikian, kami menyadari bahwa keindahan alam Indonesia kalau boleh diwakilkan satu kata -meminjam slogan Mas Bonar- yaitu MAKNYUS !. Semoga kita bisa menjaganya bukan merusaknya. Salam Ransel !