sebuah blog dari saya untuk anda untuk kita dan untuk mereka

Another Widget

Sabtu, 31 Oktober 2015

On 02.10 by Unknown   No comments

Oleh : Irfan Fauzi
Sabtu sore (17/10) suasana di sekitar Jakarta dan bekasi tampak lebih padat. Anggota keamanan yang terdiri dari POLRI, TNI, hingga PorProv mulai berjaga sepanjang jalan menuju Jakarta. Terlebih di sekeliling kawasan Stadion Gelora Bung Karno, ratusan masing-masing elemen keamanan sudah berbaris dan siaga terhadap segala kemungkinan konflik sore itu. Beberapa kelompok massa menggunakan atribut The Jack  yang kebanyakan anak usia SMP-SMA mulai berjalan di sekitar GBK. Entah apa yang akan dilakukan mereka.

Saya dan seorang teman, Badru, sehari sebelum pertandingan grand final PERSIB VS SRIWIJAYA FC sudah berencana untuk turut menyaksikan kemeriahan grand final Piala Presiden pada hari Minggu (18/10). Minggu pagi, tepatnya pukul 05.30 WIB saya berangkat dari kediaman di kawasan Jatiasih Bekasi, menuju tempat kos seorang teman di kawasan Klender, Jakarta Timur. Butuh waktu sekitar 35 menit, jika menggunakan sepeda motor dan tentunya jika kondisi lalu lintas di sekitar Kalimalang menuju Duren Sawit tidak terlalu ramai.

Kurang lebih pukul 06.15 WIB saya sudah sampai di kos teman saya, Fadlan namanya. Begitu masuk ke kamar kos Badru dan Fadlan sudah ada di kamar kos. Pagi itu juga ada seorang adik tingkat di MA tempat saya belajar dulu, kebetulan sedang berkunjung dan main di Jakarta.

“Loket tiket grandfinal Piala Presiden baru dibuka sekitar pukul 08.00 fan” kata Badru. Saya pun segera meminta Badru untuk bergegas menuju Stadion GBK.  Butuh waktu sekitar satu jam lebih untuk menempuh perjalanan dari kawasan Pasar Klender menuju Stadion GBK. Saya dan Badru tidak ada yang mengetahui rute jalan di sekitar Jakarta dan Bekasi. Akhirnya tanpa pikir panjang, kami segera meluncur menggunakan motor dan seperangkat aplikasi GPS.

Antrian Tiket Grand Final

Memasuki pintu gerbang Stadion GBK, kami di mintai tarif parkir oleh penjaga sebesar 5k per motor tanpa karcis. Tak dinyana, setelah hendak memarkirkan motor, kami malah ditarik lagi uang parkir sebesar 5k. “ini buat parkir dalam mas, beda lagi!” tegas seorang tukang parkir yang memintai kami tambahan uang parkir. Kami hanya mengelus dada dan menahan diri untuk tidak memprotesnya.

Masih 15 menit lagi sebelum loket tiket dibuka. Kami bergegas mencari dimana spot pembukaan loket tiket. Pagi itu, stadion dipenuhi oleh warga Jakarta yang sedang berolahraga. Kebanyakan jogging mengelilingi stadion, sisanya ada yang berjualan ada yang mungkin sekedar iseng untuk cuci mata di sekitar stadion. Hingga mendekati gate VI Stadion GBK, kami belum juga menemui spot penjualan tiket. Setelah bertanya kepada petugas kebersihan stadion, akhirnya kami menemukan spot yang kami cari.

Ada tiga stan yang menyediakan penjualan tiket grandfinal. Meskipun pagi itu baru pukul 08.00 WIB, tetapi antrian para calon pembeli tiket sudah menumpuk. Mungkin ada empat ratusan lebih bobotoh persib maupun masyarakat umum, yang haus akan tontonan sepak bola, berjibaku dalam antrian. Kami juga turut dalam antrian. Bersabar dan terus bersabar hingga kurang lebih dua jam kami mengantri sebelum kami mendapatkan tiket VIP dengan harga 200k. Pihak panitia menjual empat jenis tiket. Tiket untuk tribun dijual dengan harga 50 k, category I 100 k, category II 150 k, dan VIP 200 k.

Dalam deretan antrian, semua jenjang usia hadir dalam kerumunan antrian. Tentunya hanya yang sudah memiliki KTP yang boleh membeli tiket. Mulai dari pemuda, Bapak-Bapak, hingga Ibu-Ibu turut antusias sambil menahan kesabaran demi mendapatkan selembar tiket grandfinal. Bahkan beberapa dari mereka ada saja yang tidak sabar dalam mengantri hingga mereka menyerah di tengah jalan dan keluar dari kerumunan.

Saat matahari hampir beranjak di atas kepala, serta sinarnya mulai tidak bersahabat lagi dengan tubuh, maka saat itulah giliran kami mendapatkan tiket yang sedari pagi ditunggu. Senangnya bukan main, setelah berjibaku dengan ratusan pembeli tiket, berdiri dalam antrian serta mendengarkan teriakan keluh kesah para pembeli tiket, akhirnya kami berhasil mendapatkan tiket yang bentuknya tidak terlalu bagus tapi kegunannya sangat dibutuhkan saat menonton nanti malam.

Parkiran Mall Blok M

Selepas menunaikan shalat ashar, saya bergegas dari kawasan Pulogebang menjemput Badru di kawasan Pasar Klender. Seperti sebelumnya, perlu satu jam saja untuk sampai di kawasan stadion GBK. Kurang lebih pukul 16.30 WIB kami sampai di dekat Masjid Al-Bina yang berada tepat di belakang stadion. Sayangnya, suasana di sekitar GBK sore itu kurang kondusif. Beberapa gerombolan remaja tanggung berlarian menghindari peringatan gas air mata yang disemprotkan oleh Polisi. Sepertinya baru saja ada bentrokan kecil di kawasan ini. kami segera memutar balik dan menjauhi area yang baru saja terjadi bentrokan. Di sudut lain pun tak jauh berbeda. Gerombolan remaja tanggung usia 12-22 yang belum tentu juga anggota resmi Jakmania meskipun menggunakan atribut The Jack, berkumpul dan berjalan bergerombol di sekitar pintu masuk stadion. Untungnya pasukan keamanan juga sudah siap siaga menghadapi berbagai kemungkinan konflik di sekitar GBK.

Kami tidak mau ambil resiko. Kami segera mencari alternatif tempat parkir sepeda motor yang aman dari berbagai insiden baik selama pertandingan maupun pasca pertandingan. Akhirnya kami memutuskan untuk mencari kawasan supermarket di sekitar Blok M. Kalau dari GBK tempatnya tidak terlalu jauh, hanya butuh sekitar 15 menit untuk mencapai blok M kalau menggunakan sepeda motor.

Persib vs Sriwijaya FC

Menjelang pukul 19.00 WIB, dimana kick off grandfinal akan dimulai, suasana di sekeliling GBK dijaga ketat oleh aparat kepolisian beserta elemen keamanan lainnya. Kami masuk dari pintu gerbang depan, setelah sebelumnya berjalan menyeberang dekat halte transjakarta karena taksi yang kami tumpangi tidak bisa lagi mengantar lebih dekat dan harus berhenti dekat halte. Sebelum masuk kami di periksa oleh keamanan dengan sangat ketat. Semua botol air minum dikeluarkan dan isinya dipindah ke dalam plastik. Begitu juga senjata tajam sangat tidak diperbolehkan di bawa masuk. kurang lebih kami melewati tiga kali pemeriksaan keamanan hingga akhirnya kami benar-benar bisa masuk gate XII.

Sorak sorai para penonton terutama bobotoh persib begitu keras dan sahut menyahut saat kami memasuki bagian dalam stadion. Warna biru-putih mendominasi kursi penonton malam itu. Meskipun tidak sedikit juga baju dan atribut kuning alias pendukung Sriwijaya FC, namun kehadiran bobotoh dari berbagai penjuru Jawa Barat dan sekitarnya masih mendominasi kursi penonton malam itu.

Ada yang menarik dari lagu yang dilantunkan bobotoh. Tidak seperti biasanya, malam itu bobotoh melafadzkan al-fatihah bersama-sama hingga menggema di seluruh sudut stadion. Paduan sikap sportivitas dan spiritualitas sebagai suporter yang baik tercerim dari sikap bobotoh malam itu. Tidak ketinggalan, lagu Indonesia Raya turut dinyanyikan tepat sebelum pertandingan dimulai.

Peluit yang dibunyikan wasit menandai berlangsungnya pertandingan. Selama babak pertama, Persib Bandung benar-benar mendominasi permainan. Selain penguasaan bola yang unggul, shot on goal Persib lebih banyak. Strategi yang diracik Jajang Nurjaman benar-benar membuat Pemain Sriwijaya FC ketar ketir menerima serangan dari tim yang dijuluki Maung Bandung. Penantian pun berhasil saat gol pertama tercipta di menit 10’ dan gol kedua oleh Makan Konate pada penghujung babak pertama. Saat gol tercipta, suara gemuruh dari sudut-sudut stadion yang ditempati bobotoh bergema. “Goaaaaaal!” teriak bobotoh. Animo penonton di kursi VIP yang tidak begitu meriah saat pertandingan berlangsung, mendadak semarak, ikut berdiri dan berteriak lantang saat gol-gol Persib tercipta. Saya dan Badru pun tak mau ketinggalan. Kami turut dalam euphoria perayaan gol-gol Persib yang memukau. Beberapa penonton di kursi VIP yang merupakan pendukung Sriwijaya FC  tentunya diam dan kecewa saat tim kesayangannya kebobolan.

Memasuki babak kedua, Persib lebih banyak melakukan gaya permainan bertahan. Sesekali mereka melakukan serangan balik saat memiliki kesempatan. Tak hanya itu, serangan tim Sriwijaya FC kerapkali mengancam gawang I Made Setiawan. Untungnya, pertahanan Persib selalu siap siaga. Hingga akhir pertandingan, tak ada lagi gol tercipta. Dengan demikian Persib unggul 2-0 atas Sriwijaya FC. Bobotoh pun berteriak senang sambil berdiri dan merayakan kemenangan Persib sebagai Juara Piala Presiden 2015.

Persib : The Champion

Tawa sumringah, teriakan lantang, serta gemuruh yel-yel supporter Persib Bandung menggema di seantero tiap sudut Stadion Gelora Bung Karno malam itu. Akhirnya setelah melewati beberapa pertandingan mulai dari penyisihan, semi final, hingga grand final Persib mendapatkan gelar juaranya untuk tahun 2015. Inilah kemenangan kedua yang dirindukan sejak belasan tahun lalu, setelah setahun sebelumnya Persib menjuarai turnamen ISL.
Perayaan kemenangan Persib di stadion berlangsung meriah. Terlebih saat lagu “We are The Champion” yang populer itu berkumandang dan menambah semangat juara seluruh penonton dan pemain Persib Bandung.

Kedua tim memasuki lapang dan berganti dengan jersey nya masing-masing. Seluruh pemain dan official Persib saat itu menggunakan jersey hitam. Setelah pemberian hadiah berupa uang tunai dan pengalungan medali kepada Sriwijaya FC oleh Presiden, barulah seluruh pemain Persib berserta official naik ke panggung kemenangan. Salaman hangat dari Presiden Jokowi, direktur Mahaka Sport sebagai promotor Piala Presiden, Ahmad Heryawan (Gubernur Jabar), dan tentunya walikota Bandung, Kang Emil, turut menyalami para pemain dan official Persib Bandung. Yang lebih membanggakan yaitu Top Scorer Piala Presiden dan The Best Player diraih oleh salah satu pemain persib, Zulham Zamrun. Malam itu adalah kemenangan yang sempurna untuk warga Bandung dan tentunya Jawa Barat.

Kembali ke Klender

Pukul 21.30 WIB, Saya dan badru memutuskan untuk segera menuju Blok M untuk mengambil motor. Sayangnya, malam itu sulit menemukan taksi yang mau mengantar kami dari GBK menuju Blok M. Mungkin karena tarif argo nya yang murah karena jaraknya yang dekat, mereka menjadi malas. Busway lah yang menjadi alternatif transportasi kami. Meskipun harus rela menunggu hingga pukul 11.00 WIB karena sebelumnya transit terlebih dahulu di halte harmoni, kami tetap menikmati perjalanan pulang.


Sesampainya di kawasan Blok M, kami lupa letak Mall Blok M. Kami kebingungan berjalan tak jelas arah di sekitar supermarket yang berada di sekitar Blok M. HP kami dua-duanya lowbat. Sisa baterai kami pergunakan untuk mengakses GPS saat pulang menuju Klender nanti. Kami berjalan menyusuri jalan kecil samping mall, hingga nyasar di kawasan prostitusi Blok M. Dan setelah mencari dan bertanya kepada warga yang nongkrong di sekitar kawasan prostitusi, barulah kami menemukan pintu masuk mall Blok M. Malam itu lelah, lapar, dan kantuk menyergap kami. Sekitar pukul 01.00 WIB,kami baru tiba di Klender. Namun tetap saja pengalaman pertama menonton live Persib Bandung adalah hal yang istimewa bagi kami. Semoga saja Persib bisa menjuarai kompetisi-kompetisi berikutnya. Tentunya jika PSSI dan KEMENPORA sudah akur serta mampu mengadakan kompetisi sepak bola nasional yang sehat dan kompetitif. Hidup Persib ! Persib Juara!