sebuah blog dari saya untuk anda untuk kita dan untuk mereka

Another Widget

Senin, 25 Juli 2016

On 02.11 by Unknown   No comments




Oleh : Irfan Fauzi
Kader HMI Yogyakarta, kini tinggal di Bekasi



Berkumpul dengan alumni, khususnya alumni HMI, selalu membuat saya bersemangat. Pasalnya, hampir sembilan bulan lamanya saya tidak pernah terlibat lagi ( baik secara formal maupun informal) dalam kegiatan HMI. Sejak saya merantau ke Bekasi, praktis keseharian yang dilakoni yaitu kerja, cari penghasilan tambahan, dan kadang terjun di ormas islam atau pun lembaga sosial non profit.
Pada bulan Ramadhan ini, saya pun ikut merasakan susah senangnya berpuasa di Bekasi yang sama sekali berbeda dengan Yogya. Jika di  Yogya, setiap menjelang magrib masjid atau mushola tanpa harus di undang pun sudah ramai oleh jamaah. Takjil dan menu buka puasa gratis lah yang menjadi daya tarik jamaah. Maka, tidak salah jika kawan-kawan Yogya bisa terpenuhi kebutuhan pokoknya meskipun hanya uang receh yang terselip di dompet. Berbeda dengan Bekasi, kota yang penuh akan perjuangan (maksudnya perjuangan mencari sesuap nasi) dari tingginya biaya hidup. Rasanya sulit mencari makan yang ‘gratisan’. Semuanya serba berbayar.
Untunglah pada beberapa kesempatan, saya mendapat undangan buka bersama, termasuk salah satunya undangan dari KAHMI Yogya yang diadakan di komplek DPR RI, Kalibata, Jakarta Selatan. Selain menjadi ajang silaturahim dengan kawan lama, bukber KAHMI juga menjadi pemicu bagi saya selaku kader HMI, bahwa, banyak senior HMI yang berhasil secara materi maupun sosial. Selain itu, tentunya relasi baru dari para senior juga bermanfaat.
Saya berangkat dengan salah dua senior, salah satunya ialah senior komisariat, dan satu lainnya senior dari cabang lain. Kami berangkat dari depan stasiun Duren Kalibata menggunakan taksi. Jujur, saya akan merasa minder jika harus berangkat menggunakan motor. Terkadang, penampilan bisa meningkatkan ke-PD-an sampai level sewajarnya. Untung, saya sudah paham betapa pentingnya penampilan di dunia profesional. Maka sore itu, saya menggunakan batik mega mendung khas cirebonan, celana hitam panjang, dan sepatu hitam panthopel. Tampilan yang sederhana tapi pantas untuk dilihat.
Begitu memasuki gedung, ghirah hijau hitam mulai kembali saya rasakan. Perlahan saya tatap beberap alumni yang wajahnya tampak asing, karena memang belum pernah ketemu, dan tanpa basa basi langsung saya salami satu persatu. Sepertinya, saya adalah alumni paling ingusan di acara itu. untunglah, saya bertemu dua kawan lama saat di Yogya, jadi, saya bukan satu-satunya yang merasa ingusan.
Di dalam aula tersebut, sudah tersusun kursi dan meja-meja makan yang dikemas dengan rapih dan elegan. Disamping aula, deretan menu makanan juga siap untuk disantap. Ada puding, buah-buahan, dan sirup sebagai makanan pembuka. Lalu ada bakso, soto ayam, dan siomay sebagai menu tambahan. Dan hidangan utama, yaitu nasi dan rekan-rekannya, baik ayam goreng, sapi, beserta masakan sayuran.
Azan magrib berkumandang. Tanpa diberi aba-aba, meja makanan dan snack penuh oleh antrian para alumni yang berbuka. Kami pun turut mengantri dan mencari spot yang nyaman untuk menyicip berbagai snack/minuman yang ada.
Hanya sedikit senior yang kami kenal saat itu, mungkin yang pernah sezaman dalam kepengurusan atau rentang 5-6 tahun lebih tua di atas kami. Ada demisioner KOHATI PB HMI, demisioner KOHATI Cabang Yogya, beserta senior Yogya lainnya. Tokoh nasional alumni Yogya pun turut meramaikan silaturahim dan bukber dihadiri oleh ratusan alumni. Ada bang Mahfud MD, Chumaidi Syarif,
Kegiatan Bukber berlangsung setelah shalat magrib dan makan malam. Ditandai dengan pembukaan oleh Tuan Rumah, Bang .... , lalu sekapur sirih oleh pimpinan Yayasan Amal Insani, Bang Mahadi Sinambella dan terakhir, kultum oleh Bang Mahfud MD. Beberapa sambutan disampaikan sesuai bidangnya masing-masing. Bang ... selaku tuan rumah serta mantan pejabat Bank Indonesia, menyampaikan tentang gentingnya hutang negara Indonesia. Adapun Bang Mahadi, dengan penyampaian gagasan yang penuh humor sesekali mengingatkan akan bahanya komunisme di Indonesia. Sedangkan Bang Mahfud, dengan sangat terstruktur dan kadang humoris menyampaian tentang pentingnya berjihad dalam berbagai aspek.
Buka bersama pada sore hari itu, menyimpulkan pesan bahwa kader hmi adalah kader terbaik yang dimiliki Indonesia. Kader yang berkarir secara profesional baik dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan, maupun bidang lainnya. Dan saya pun tertantang untuk bisa menjadi seperti para pendahulu hmi yang sudah berkiprah dan berkarya bagi bangsa.