Selasa, 19 Mei 2015
On 07.01 by Unknown No comments
Sabtu Siang (2/5/2015) saya diajak oleh seorang kawan
untuk main ke rumahnya, di kota Blitar yang terletak sekitar 90 Km dari Pare.
Ada tujuh orang yang siap memulai petualangan di Kota Blitar. Saya, Yudi, Yoni,
Mr. Maro, Abud, Fitri, dan Lina. Kami adalah teman satu Kelas di Program TOEFL
ITP di ELFAST.
Perjalanan menuju Blitar cukup ditempuh dalam waktu
1,5 -2 Jam menggunakan motor dengan kecepatan standar. Kurang lebih pukul lima
sore, kami tiba di Rumah Yoni. Rumahnya cukup besar dengan kamar tidur yang
banyak. Kami pun serasa berada di rumah sendiri, karena di rumahnya saat itu
hanya ada adiknya sehingga rumah sebesar itu lebih dari cukup untuk kami
tempati.
Kami mulai menelusuri Blitar, pada keesokan harinya,
kurang lebih pukul 8 pagi kami sudah bergegas menuju Pantai Tambakudang yang
berada di ujung selatan Kabupaten Blitar. Perjalanan menuju Pantai, dari Kota
Blitar kurang lebih memakan waktu satu jam. Dengan medan yang cukup menantang.
Jalan yang bergelombang serta dipenuhi tanjakan dan turunan karena Pantai
terletak di balik bukit. Meskipun demikian, pemandangan yang indah berupa bukit
hijau yang ditumbuhi rumput alang-alang lebat khas pantai mampu mengurangi
kejenuhan selama perjalanan. Kurang lebih satu jam, kami sudah bisa merasakan
basahnya pasir putih Pantai Tambakudang. Untuk masuk pantai ini, kita cukup
membayar kurang lebih Rp. 7000 sudah termasuk motor dan tiket masuk 1 orang.
Pantai ini, cukup banyak menarik wisatawan lokal baik
dari blitar maupun dari luar kota Blitar. Sehingga saat-saat weekend, akan
selalu dipenuhi oleh para wisatawan. Yoni, mengajak kami untuk tidak sekedar
menikmati Pantai Tambakudang, tapi juga pantai yang berada di sebelahnya. Terik
matahari belum terlalu panas, saat kami menyeberangi sungai kecil dan berjalan
melewati bukit yang membatasi pantai tambakudang dan hidden paradise dari pantai ini. Kita hanya perlu berjalan sekitar
2-3km dengan medan tanah merah dan sedikit bebatuan, kita sudah bisa menikmati
indahnya “tetangga” dari pantai Tambakudang.
Deretan pasir putih, yang dibatasi bukit berbatu yang
senantiasa diterjang ombak menjadi pemandangan yang mempesona dari atas bukit
ini. Sepertinya, belum terlalu banyak wisatawan yang datang, karena untuk
mencapai pantai ini kita harus melewati sedikit track bukit berbatu.
Tanpa dikomandoi lagi, teman-teman sudah langsung
turun dan “nyebur” berbaur dengan deburan ombak sang pantai. Tidak lupa juga
kami mengabadikan momen itu dengan berfoto bersama, mungkin lebh tepat disebut
“berselfie bersama”. Memang untuk urusan selfie ini sepertinya tidak pernah mengenal
usia, buktinya Mr. Maro yang sudah tidak muda lagi, dibandingkan kami, hehe
selalu semangat dan terdepan dalam berselfie ria. Tapi, tak apa yang penting
kami bisa tertawa dan melepas penat bersama setelah kurang lebih satu bulan
mempelajari grammar dan TOEFL. Saat terik matahari sudah mulai di atas kepala,
saat itulah kami harus meninggalkan keindahan pantai tambakudang.
Perjalanan selanjutnya yaitu menuju makam Bung Karno
yang terletak di kota Blitar, dari pantai membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam.
Tapi sebelumnya, kami mampir di area wisata kuliner yaitu kampung coklat. Kami
tidak berlama-lama di kampung coklat, hanya membeli sedikit coklat lalu makan
siang dan langsung menuju makam Bung Karno.
Mendekati makam Bung Karno, jalanan mulai dipadati
pengunjung serta cat-cat trotoar pun tidak lagi berpola hitam putih, melainkan
merah putih khas dari warna marhaenisnya Bung Karno. Jalanan di sekitar makam
Bung Karno tidak bisa dilewati mobil, melainkan hanya bisa dilewati oleh sepeda
motor serta becak. Uniknya, mungkin ada 80an becak yang berseliweran memegang
nomor antri untuk mencari pelanggan untuk di antar dan dijemput menuju
Pemakaman Bung Karno. Saat berada disana, kita seakan-akan berada di
tengah-tengah lomba balapan naik becak, karena para tukang becak ini
benar-benar menggayuhnya dengan cepat.
Untuk masuk ke makam Bung Karno kita cukup bayar
parkir saja, tinggal memilih tempat parkir yang resmi atau yang tidak resmi,
maksudnya di sekitar rumah warga, he. Memasuki tempat pemakaman Bung Karno,
kami langsung berfoto ria di depan bendera negara-negara peserta Konferensi
Asia Afrika (KAA), yang kemarin saat KAA berlangsung di Bandung, mereka juga
menyempatkan berkunjung ke makam Bung Karno.
Komplek Makam Bung Karno ini terdiri dari tiga
bangunan utama, pertama gedung museum, kedua gedung perpustakaan/koleksi buku
tentang Bung Karno, dan ketiga yaitu aula dimana makam Bung Karno dan orang
tuanya berada. Sayangnya, karena kami tiba disana sekitar pukul tiga sore pada
hari weekend, perpustakaan Bung Karno sudah tutup. kami hanya sempat melihat-lihat koleksi serta foto-foto
tentang Bung Karno di bagian museum. Kemudian, kami juga berksempatan untuk
melihat makam beliau dan kedua orangtuanya.
Makam Bung Karno terletak ditengah aula, sedangka di
kedua sisinya bersandingan makam kedua orang tuanya. Saat itu, banyak sekali
pengunjung yang sedang berziarah sambil membacakan doa-doa serta menaburkan
bunga-bunga khas pemakaman. Malah, beberapa pengunjung memberikan beberapa uang
ribuan di dekat makam Bung Karno, entah untuk kemakmuran atau mungkin jatah
untuk pengurus makam. Oh ya, sebelumnya kami juga sudah ditarik uang masuk saat
memasuki makam Bung Karno, kalau tidak salah sekitar 4 ribu satu orang.
Padatnya makam pada sore itu, membuat kami hanya bisa
memandangi makam beliau dari jarak yang tidak terlalu dekat, tapi itu cukup
membuat kami merasakan begitu hebatnya pengaruh Bung Karno. Hingga jasad
fisiknya yang sudah tak bernyawa dan ditutup oleh tanah makam saja masih
dikagumi dan dikunjungi ribuan orang tiap bulannya. hal tersebut memang pantas
untuk seorang founding father bangsa sekaligus proklamator kemerdekaan negeri
ini, hingga sangat tepat apa yang tertulis di bagian atas perpustakaan di
komplek pemakaman ini, yaitu “ BUNG KARNO UNTUK INDONESIA”.
Menjelang pukul lima sore, kami kembali ke parkiran
motor dan segera meninggalkan kenangan dan petualangan di kota Blitar. Oh ya,
tidak lupa juga untuk berfoto lagi di gong perdamaian yang berada di samping
komplek pemakaman Bung Karno. Sayonara, semoga bisa berjumpa lagi dengan Blitar
dan teman-teman ELFAST Program TOEFL ITP A. Terimakasih Yoni, Fitri, lina, Mr.
Maro, abud, yudi dan teman2 lainnya. Semoga sukses selalu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar