Selasa, 25 Oktober 2016
On 03.30 by Unknown No comments
Oleh Irfan Fauzi
Saya dan Rombongan Pengantin Pria |
Matahari masih belum terbit.
Jalanan Kaliurang pun sunyi dan lengang. Waktu menunjukkan pukul dua dini hari.
Tapi saya dan seorang kawan, Yahya namanya, sudah memacu gas motor menuju
perempatan degolan dekat kampus UII. Saya baru saja di kabari rombongan Uwak
dan bibi, dari Jakarta dan Garut sudah sampai. Mendekati perempatan, tak
kunjung kami dapati mobil Avanza silver yang digunakan Uwak.
“ Halo, Bi dimana? Irfan dah di
perempatan ni”, tanyaku melalui telpon kepada Bibi.
Setelah memberi tahu lokasi,
akhirnya kami bertemu di perempatan dan langsung kuajak menuju rumah mempelai
perempuan.
Rumah calon istriku berada di Dusun
Nglempong. Rumah yang asri dan sederhana itu kini sudah di hiasi dengan
umbul-umbul khas kawinan. Janur kuning melengkung sudah di pasang di depan meja
daftar tamu. Ada tenda yang cukup untuk
menampung lebih dari 200 orang. Tenda dipasang di depan rumah dan meminjam
akses jalan kampung. Ada panggung yang akan menjadi pelaminan kami.
Kursi-kursi itu masih kosong. Ini
dini hari. kurang lebih setengah tiga pagi. Ada calon kakak iparku yang sedang
istirahat di panggung pelaminan. Meskipun sungkan, akhirnya kubangunkan juga.
Keluargaku butuh istirahat, maka kakak iparku langsung menunjukkan kamarnya.
“Oh uda sampe to” katanya melihat
saya dan rombongan keluarga.
“Yang itu ya Fan, untuk yang
perempuan, untuk yang laki-laki kamarnya yang itu ya” ungkapnya, sambil
menunjuk ke arah samping rumah calon mertua.
Setelah menunjuk ruangan singgah
bagi rombongan pertama keluarga, saya pamit untuk kembali ke kos Yahya. Tidur
belum tuntas. Mata masih mengantuk, sedangkan jam 8 pagi harus sudah siap untuk
akad nikah.
Sejak semalam, saya sudah menginap
di kos Yahya. Kebetulan, Yahya yang bekerja di UII, indekos di Jalan Kaliurang
yang tidak jauh dari rumah calon mertuaku. Maka, sembari menunggu rombongan Bis
keluarga saya kembali tidur dan terlelap.
Pukul 05.00 WIB, adzan sudah
berkumandang sejak setengah jam yang lalu. Saya segera mendirikan shalat dan
menghubungi kembali rombongan bis keluarga. Bis belum juga mendekati Yogya.
Mereka masih berada di sekitar Kebumen.
Semenjak kemarin, saya sudah
was-was. Bis rombongan keluarga yang seharusnya berangkat ba’da Ashar,
mengalami keterlambatan yang cukup signifikan dan menguji kesabaran. Bayangkan,
rombongan keluarga kami sudah berkumpul sejak jam tiga sore. Mereka menunggu
dengan tenang, dan kadang sedikit menggerutu. Ada 35 orang yang sedang risau
menunggu si Bis tiga perempat. Rumah orang tua ku yang berbentuk kotak pun,
seakan-akan menimbulkan hawa panas. Hawa yang keluar dari perasaan risau plus
kesal para rombongan penunggu bis ¾. Sialnya, bis baru datang menjelang Magrib.
Mau tak mau, perjalanan pun dimulai Ba’da Magrib.
Jika diestimasikan, perjalanan
Indramayu-Yogya membutuhkan waktu sekitar 10-11 Jam. Tapi, entah supir bis ini
pernah ke Yogya atau belum. Dia mengemudikan bisnya dengan santai dan tenang
laiknya mengantarkan rombongan yang sedang menikmati tour safari. Para
penumpang, yang sedari menunggu di rumah menggerutu, juga kembali menggerutu
selama di Bis. Bis berjalan terlalu pelan. Pukul 04.30 WIB seharusnya rombongan
sudah sampai di Yogya.
Saya mencoba tenang ketika tiga jam
sebelum akad digelar, rombongan bis keluarga, yang membawa Bapak-Ibu,
adik-adik, Uwak, Bibi, Ponakan, Sepupu, hingga para tetangga, parsel dan
seserahan, belum juga datang. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 WIB. Bis,
ketika saya hubungi baru singgah di perbatasan Purworejo-Kulonprogo. Seharusnya
1,5 jam lagi sampai. Tak henti-hentinya, rombongan keluarga dari Garut-dan
Jakarta menenangkanku. Kami menyusun rencana. Jika rombongan keluarga Indramayu
terlambat, maka yang menjadi wali dan saksi cukuplah dari rombongan keluarga
Garut-Jakarta. Untungnya, calon mempelai pria, yaitu saya, dan maskawin sudah
ada di lokasi nikah.
Menjelang pukul 08.00, kawan saya,
Sunaji namanya, yang sejak tadi menjadi jembatan komunikasi antara saya dan
rombongan, menelpon.
“ Fan, kita sudah sampai Yogya ni,
sudah di Ring Road, tenang bro hehe” terangnya sambil tertawa terkekeh berusaha
menenangkan ku.
“Ya buruan Sun, kalau udah di Jakal
(Jalan Kaliurang) langsung ikuti GPS ny aja” jawabku tak sabar, sambil duduk
tegap dan mbak-mbak perias, memoles dan membedaki wajahku.
Kurang beberapa menit dari pukul
delapan pagi, sebuah bis yang di cat kuning bertuliskan IQRA, sedang berusaha
memarkirkan diri di halaman samping rumah resepsi. Langsung kusapa, para
penumpang bis tersebut. Mereka adalah rombongan keluargaku. Satu persatu
rombongan keluar, mulai dari Bapak, Ibu, adik-adik hingga saudaraku. Wajah
lelah dan ngantuk tampak di setiap guratan. Senyum pun seakan sulit. Semalam, pasti
menjadi perjalanan yang sulit bagi mereka. Perjalanan bersama bis tiga per
empat yang disupiri seorang supir tua, yang mungkin gagal paham tentang arti
tepat waktu bagi rombongan pernikahan.
Mendadak, saya teringat pesan Bapak
penghulu kemarin.
“Besok, tepat waktu Ya mas. Soalnya
saya besok ada tiga tempat yang mau tak nikahi. Jam setengah sembilan, jam
sembilan sama jam sepuluh mas” . Kata Pak Penghulu, kemarin.
Saya bergegas mengarahkan para
rombongan sesuai pijakan tuan rumah. Rombongan laki-laki dan perempuan terpisah
berbeda ruangan. Saya berkoordinasi dengan orang tua untuk segera menyiapkan
diri. Sedangkan rombongan keluargaku yang lain, nampaknya tak cukup waktu untuk
sekedar mandi, apalagi buang air besar. Saat itu, waktu terasa berjalan dengan cepat.
Jam di layar smartphoneku sudah menunjukkan pukul 08.15. hanya 15 menit lagi
akad pernikahan sudah harus dilangsungkan. Sedangkan kami, baru saja mulai
bersiap. Menit itu, saya tambah risau dan galau.
to be continued..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar