Rabu, 09 Oktober 2013
On 21.06 by Unknown No comments
Lambang Himpunan Mahasiswa Islam |
|
Singkatan
|
HMI
|
Pembentukan
|
5 Februari 1947 M / 14 Rabiul
Awal 1366 H
|
Jenis
|
Organisasi
Kemahasiswaan, Organisasi Pengkaderan dan Perjuangan
|
Tujuan
|
Terbinanya insan
akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab
atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu
wata'ala.
|
Kantor pusat
|
|
Bahasa resmi
|
|
Ketua Umum Pengurus
besar Himpunan Mahasiswa Islam
|
Arief Nur
Rosyid (HMI DIPO)
Pudji Hartoyo (HMI MPO) |
Situs web
|
http://www.hmi.or.id (HMI DIPO)
http://www.pbhmi.net (HMI MPO) |
Himpunan Mahasiswa Islam (disingkat HMI) adalah sebuah organisasi yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal 5 Februari1947, atas prakarsa Lafran Pane beserta 14 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam Yogyakarta.
Sebelum Lahirnya HMI Sejarah
Sebelum lahirnya Himpunan
Mahasiswa Islam, terlebih dulu berdiri organisasi kemahasiswaan
bernama Persyerikatan
Mahasiswa Yogyakarta (PMY) pada tahun 1946 yang
beranggotakan seluruh mahasiswa dari tiga Perguruan Tinggi di Yogyakarta,
yaitu Sekolah Tinggi Teknik (STT), Sekolah Tinggi Islam (STI) dan Balai Perguruan
Tinggi Gajahmada yang pada waktu itu hanya memiliki Fakultas Hukum dan Fakultas Sastra. Kegiatan
yang diselenggarakan oleh Persyerikatan
Mahasiswa Yogyakarta selalu berbau Kolial Belanda. Sering
pesta dengan poloniase, dansa serta minum-minuman keras.
Oleh karena Persyerikatan
Mahasiswa Yogyakarta dirasa tidak memperhatikan kepentingan
para mahasiswa yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Tidak
tersalurnya aspirasi keagamaan merupakan alasan kuat bagi para mahasiswa Islamuntuk mendirikan
organisasi kemahasiswaan yang berdiri dan terpisah dari Persyerikatan
Mahasiswa Yogyakarta.
Pada tahun 1946, suasana politik
di Indonesia khususnya
di Ibukota Yogyakarta mengalami polarisasi antara pihak Pemerintah
yang dipelopori oleh Partai Sosialis,
pimpinan Syahrir - Amir Syarifuddin dan
pihak oposisi yang dipelopori oleh Masyumi,
pimpinanSoekiman - Wali Al-Fatah dan PNI, pimpinan Mangunsarkoro - Suyono Hadinoto serta Persatuan
Pernyangannya Tan Malaka. Polarisasi ini bermula pada dua pendirian
yang saling bertolak belakang, pihak Partai Sosialis (Pemerintah)
menitik beratkan perjuangan memperoleh pengakuan Indonesia kepada
perjuangan berdiplomasi, pihak oposisi pada perjuangan bersenjata melawanBelanda.
Polarisasi ini membawa mahasiswa yang juga
sebagian besar dari mereka adalah pengurus Persyerikatan
Mahasiswa Yogyakartaberorientasi kepada Partai Sosialis. Melalu
mereka inilah Partai Sosialis mencoba
mendominir Persyerikatan
Mahasiswa Yogyakarta. Namun mahasiswa yang masih memiliki idealis
tidak dapat membiarkan usaha Partai Sosialis hendak
mendominirPersyerikatan
Mahasiswa Yogyakarta. Dengan suasana yang sangat kritis
dikarenakan Belanda semakin
memperkuatkan diri dengan terus-menerus mendatangkan bala bantuan dengan
persenjataan modern yang kemudian pada tanggal 21 Juli 1947terjadilah yang
dinamakan Agresi Militer Belanda I. Dengan situasi
yang demikian para mahasiswa yang berideologi murni tetap bersatu
menghadapi Belanda,
mencegak setidak-tidaknya mengurangi efek-efek dari polarisasi politik yang
sangat melemahkan potensi Indonesia menghadapi Belanda.
Karenanya mereka menolah keras akan sikap dominasi Partai Sosialis terhadap
mahasiswa yang dinilai akan mengakibatkan dunia mahasiswa terlibat dalam
polarisasi politik.
Berbagai hal ini yang mendorong beberapa
orang mahasiswa untuk mendirikan organisasi baru. Meskipun sebenarnya jauh
sebelum adanya keinginan untuk mendirikan organisasi baru sudah ada cita-cita
akan itu, namun selalu ditunda dan dianggap belum tepat. Namun melihat dari
berbagai kondisi yang ada dirasa cita-cita yang sudah lama diharapkan itu perlu
diwujudkan karena bila membiarkan Persyerikatan
Mahasiswa Yogyakarta lebih lama didominasi oleh Partai Sosialis adalah
hal yang tidak tepat. Penolakan sikap dominasi Partai Sosialis terhadap Persyerikatan
Mahasiswa Yogyakarta tidak hanya datang dari kalangan
mahasiswa Islam,
melainkan juga mahasiswakristen, mahasiswa katolik,
serta berbagai mahasiswa yang masih menjunjung teguh ideologi keagamaan.
Awal Berdirinya HMI
Himpunan Mahasiswa Islam di prakarsai
oleh Lafran Pane, seorang
mahasiswa tingkat I (semester I) Sekolah Tinggi Islam (sekarang Universitas Islam Indonesia (UII)).
Ia mengadakan pembicaraan dengan teman-temannya mengenai gagasan membentuk
organisasi mahasiswa bernafaskan Islam dan setelah
mendapatkan cukup dukungan, pada bulan November 1946, ia mengundang para
mahasiswa Islam yang
berada di Yogyakarta baik di Sekolah Tinggi Islam, Balai Perguruan
Tinggi Gajah Mada dan Sekolah Teknik Tinggi,
untuk menghadiri rapat, guna membicarakan maksud tersebut. Rapat-rapat ini
dihadiri kurang lebih 30 orang mahasiswa yang di antaranya adalah anggota Persyerikatan
Mahasiswa Yogyakarta dan Gerakan Pemuda
Islam Indonesia. Rapat-rapat yang digelar tidak menghasilkan
kesepakatan. Namun Lafran Pane mengambil
jalan keluar dengan mengadakan rapat tanda undangan, yaitu dengan mengadakan
pertemuan mendadak yang mempergunakan jam kuliah Tafsir oleh Husein Yahya. Pada
tanggal 5 Februari 1947(bertepatan
dengan 14 Rabiulawal 1366 H), di salah satu ruangan kuliah Sekolah Tinggi Islam di Jalan
Setyodiningratan 30 (sekarang Jalan Senopati) Yogyakarta,
masuklahLafran Pane yang
langsung berdiri di depan kelas dan memimpin rapat yang dalam prakatanya
mengatakan : "Hari ini adalah rapat pembentukan organisasi Mahasiswa
Islam, karena semua persiapan yang diperlukan sudah beres".
Kemudian ia meminta agar Husein Yahya memberikan
sambutan, namun beliau menolak dikarenakan kurang memahami apa yang disampaikan
sehubungan dengan tujuan rapat tersebut.
Pernyataan yang dilontarkan oleh Lafran
Pane dalam rapat tersebut adalah :
·
Rapat ini merupakan rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam yang anggaran
dasarnya telah dipersiapkan.
·
Rapat ini bukan lagi mempersoalkan perlu atau tidaknya ataupun setuju atau
menolaknya untuk mendirikan organisasi Mahasiswa Islam.
·
Diantara rekan-rekan boleh menyatakan setuju dan boleh tidak. Meskipun
demikian apapun bentuk penolakan tersebut, tidak menggentarkan untuk tetap
berdirinya organisasi Mahasiswa Islam ketika itu,
dikarenakan persiapan yang sudah matang.
Setelah dicerca berbagai pertanyaan dan
penjelasan, rapat pada hari itu dapat berjalan dengan lancar dan semua peserta
rapat menyatakan sepakat dan berketetapan hati untuk mengambil keputusan :
·
Hari Rabu Pon 1878, 15 Rabiulawal 1366 H, tanggal 5 Februari 1947, menetapkan
berdirinya organisasi Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI yang
bertujuan :
·
Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat
Rakyat Indonesia
·
Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam
·
Mengesahkan anggaran dasar Himpunan Mahasiswa Islam. Adapun Anggaran Rumah
Tangga akan dibuat kemudian.
·
Membentuk Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam.
Adapun peserta rapat yang berhadir
adalah Lafran Pane, Karnoto Zarkasyi, Dahlan Husein, Maisaroh Hilal (cucu
pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan), Suwali, Yusdi Ghozali; tokoh utama
pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII), Mansyur, Siti Zainah (istri Dahlan Husein), Muhammad Anwar, Hasan Basri, Zulkarnaen, Tayeb Razak, Toha Mashudidan Bidron Hadi.
Selain itu keputusan rapat tersebut
memutuskan kepengurusan Himpunan Mahasiswa Islam sebagai berikut :
Ketua
|
|
Wakil
Ketua
|
|
Penulis I
|
Anton Timoer
Djailani, salah satu pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII)
|
Penulis II
|
|
Bendahara
I
|
|
Bendahara
II
|
|
Anggota
|
Suwali
Yusdi Gozali, pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII) Mansyur SUMBER : wikipedia.com |
Sabtu, 05 Oktober 2013
On 22.08 by Unknown No comments
Dayak Indramayu adalah sekumpulan orang yang memiliki ajaran dan gaya hidup yang
berbeda dengan suku di Indonesia pada umumnya. Bahkan tidak diatur dalam
kehidupan oleh pemerintah. Dayak Sugandu sendiri berarti mengayak
pribadi. Mereka tidak berhubungan dengan suku Dayak dari Kalimantan.
Ajaran dan suku ini sendiri mulai terbentuk pada tahun 1970. Ta’mad, sang pendiri menemukan titik jenuh akan aturan pemerintah. Melihat keadaan sekitar yang tidak berubah, Ta’mad mulai instropeksi diri dan menyadari bahwa cara tersebut adalah paling baik bagi manusia.
Selain itu, filosofi kehidupan mereka adalah alam. Bagaimana cara terbaik untuk mendekatkan diri dengan alam. Mereka percaya bahwa inti ajaran dalam hidup adalah alam.
Maka, nilai-nilai alamiah harus dihargai dan dijunjung tinggi. Seperti menghargai perempuan dan anak. Bahkan para kaum pria rela untuk mencari nafkah sekaligus mengurusi pekerjaan rumah tangga seperti memasak.
Bagi mereka, kaum perempuan memiliki martabat tinggi karena dari perempuanlah lahirlah individu-individu baru. Hal tersebut tidak bisa dilakukan oleh pria siapapun dan dimanapun.
Begitu pun dengan anak yang lugu dan dianggap selalu benar. Oleh karena itu, pria Suku Dayak Sugandu berpatokan untuk mengabdi kepada perempuan terutama ibu, istri serta anak mereka.
Selain itu, semua aspek kehidupan mereka berdasarkan alam. Seperti penggunaan warna hitam dan putih sebagai penanda adanya siang dan malam. Mereka tidak menggunakan baju atasan terutama kaum pria. Mereka juga tidak makan daging untuk menghormati sesama mahluk hidup yang bernyawa.
Mereka
biasanya melakukan ritual rendeman atau biasa disebut kumkum yang
berfungsi untuk melatih kesabaran. Kumkum ini dilakukan selama 4 bulan
dalam setahun. Prosesi Kumkum dimulai dengan melakukan kidung di malam
hari sekitar pukul 23.00 WIB. Usai kidung, mereka beranjak ke sungai
kecil di dekat perkampungan mereka. Kemudian merendamkan diri hingga
esok pagi.
Mereka tetap dengan tidak menggunakan baju atasan. Selama 8 jam mereka harus menahan dingin dan juga gigitan ikan-ikan kecil yang usil di dalam sungai kecil tersebut. Ya, memang sangat melatih kesabaran. Tidak semua orang bisa melakukan dalam sekejap.
Butuh latihan perlahan-lahan untuk membiasakan diri dengan suhu air dan udara malam. Usai berendam semalam, ritual belum berhenti sampai di situ. Mereka melanjutkan dengan mepe alias berjemur.
Mereka berjemur
hingga celana mereka kering. Memang fungsi mepe untuk mengeringkan badan
sekaligus mendekatkan diri dengan alam dan tanah. Hasil dari ritual
ini, mereka merasa menjadi orang yang baru.
Kemudian kembali mencari nafkah cukup selama 8 bulan untuk hidup bersama anak dan istri. Kalau ada rezeki lebih, biasanya diberikan kepada yang membutuhkan. 4 bulan sisanya digunakan untuk melakukan ritual.
Mereka adalah suku tanpa memiliki kartu identitas. Bukan berarti mereka menentang negara Indonesia. Meskipun berbeda paham dan agama mereka tetap bagian dari Indonesia.
Bagi mereka kartu idetitas hanyalah sebuah kartu yang merepotkan. Identitas utama mereka adalah diri mereka yang kasat mata dan dibawa kemanapun mereka pergi. Meski sempat mengalami kesulitan karena tidak punya KTP saat berpergian ataupun mengurus surat-surat penting lain.
Kehidupan bermasyarakat mereka sangat baik. Terbukti, saat saya berada di kampung mungil ini, tidak ada istilah berkerumun hanya karena satu suku. Mereka membaur dan bekerja bersama saat di ladang. Membeli rokok di warung yang sama dengan warga lain. Saling menegur satu sama lain.
Mereka juga sangat terbuka dengan kedatangan orang asing . Tidak ada curiga ataupun tersinggung, mereka malah dengan senang hati menjawab semua pertanyaan saya.
Sampai saya menyadari bahwa pikiran saya sudah terkonstruksi dengan konsep masyarakat yang sama. Sama-sama punya suku, identitas, agama dan lain-lain. Mereka juga mengajari saya makna perbedaan dan bagaimana menghargai orang lain lewat senyuman sederhana
sumber : travel.detik.com
Ajaran dan suku ini sendiri mulai terbentuk pada tahun 1970. Ta’mad, sang pendiri menemukan titik jenuh akan aturan pemerintah. Melihat keadaan sekitar yang tidak berubah, Ta’mad mulai instropeksi diri dan menyadari bahwa cara tersebut adalah paling baik bagi manusia.
Selain itu, filosofi kehidupan mereka adalah alam. Bagaimana cara terbaik untuk mendekatkan diri dengan alam. Mereka percaya bahwa inti ajaran dalam hidup adalah alam.
Maka, nilai-nilai alamiah harus dihargai dan dijunjung tinggi. Seperti menghargai perempuan dan anak. Bahkan para kaum pria rela untuk mencari nafkah sekaligus mengurusi pekerjaan rumah tangga seperti memasak.
Bagi mereka, kaum perempuan memiliki martabat tinggi karena dari perempuanlah lahirlah individu-individu baru. Hal tersebut tidak bisa dilakukan oleh pria siapapun dan dimanapun.
Begitu pun dengan anak yang lugu dan dianggap selalu benar. Oleh karena itu, pria Suku Dayak Sugandu berpatokan untuk mengabdi kepada perempuan terutama ibu, istri serta anak mereka.
Selain itu, semua aspek kehidupan mereka berdasarkan alam. Seperti penggunaan warna hitam dan putih sebagai penanda adanya siang dan malam. Mereka tidak menggunakan baju atasan terutama kaum pria. Mereka juga tidak makan daging untuk menghormati sesama mahluk hidup yang bernyawa.
berendam bersama di kali |
Mereka tetap dengan tidak menggunakan baju atasan. Selama 8 jam mereka harus menahan dingin dan juga gigitan ikan-ikan kecil yang usil di dalam sungai kecil tersebut. Ya, memang sangat melatih kesabaran. Tidak semua orang bisa melakukan dalam sekejap.
Butuh latihan perlahan-lahan untuk membiasakan diri dengan suhu air dan udara malam. Usai berendam semalam, ritual belum berhenti sampai di situ. Mereka melanjutkan dengan mepe alias berjemur.
berjemur seharian |
Kemudian kembali mencari nafkah cukup selama 8 bulan untuk hidup bersama anak dan istri. Kalau ada rezeki lebih, biasanya diberikan kepada yang membutuhkan. 4 bulan sisanya digunakan untuk melakukan ritual.
Mereka adalah suku tanpa memiliki kartu identitas. Bukan berarti mereka menentang negara Indonesia. Meskipun berbeda paham dan agama mereka tetap bagian dari Indonesia.
Bagi mereka kartu idetitas hanyalah sebuah kartu yang merepotkan. Identitas utama mereka adalah diri mereka yang kasat mata dan dibawa kemanapun mereka pergi. Meski sempat mengalami kesulitan karena tidak punya KTP saat berpergian ataupun mengurus surat-surat penting lain.
Kehidupan bermasyarakat mereka sangat baik. Terbukti, saat saya berada di kampung mungil ini, tidak ada istilah berkerumun hanya karena satu suku. Mereka membaur dan bekerja bersama saat di ladang. Membeli rokok di warung yang sama dengan warga lain. Saling menegur satu sama lain.
Mereka juga sangat terbuka dengan kedatangan orang asing . Tidak ada curiga ataupun tersinggung, mereka malah dengan senang hati menjawab semua pertanyaan saya.
Sampai saya menyadari bahwa pikiran saya sudah terkonstruksi dengan konsep masyarakat yang sama. Sama-sama punya suku, identitas, agama dan lain-lain. Mereka juga mengajari saya makna perbedaan dan bagaimana menghargai orang lain lewat senyuman sederhana
sumber : travel.detik.com
On 22.01 by Unknown No comments
Tari Topeng adalah tarian yang penarinya mengenakan topeng. Topeng telah ada di dunia sejak zaman pra-sejarah. Secara luas digunakan dalam tari
yang menjadi bagian dari upacara adat atau penceritaan kembali
cerita-cerita kuno dari para leluhur. Diyakini bahwa topeng berkaitan
erat dengan roh-roh leluhur yang dianggap sebagai interpretasi
dewa-dewa. Pada beberapa suku, topeng masih menghiasi berbagai kegiatan
seni dan adat sehari-hari.
Cerita klasik Ramayana dan cerita Panji
yang berkembang sejak ratusan tahun lalu menjadi inspirasi utama dalam
penciptaan topeng di Jawa. Topeng-topeng di Jawa dibuat untuk pementasan
sendratari yang menceritakan kisah-kisah klasik tersebut. (wikipedia.com)
Tari topeng indramayu berasal dari tradisi dilingkungan Istana
Kacirebonan sebagai acara kerajaan, misalnya penyambutan tamu raja.
Lama-kelamaan, tari ini diminati masyarakat di luar keraton sampai
menyebar ke tanah Indramayu.
Tari istana lantas berubah fungsi menjadi tari rakyat. Sekalipun
antara Keraton Cirebon dan tradisi Indramayu bertopeng sama, bentuk dan
tokohnya, namun gaya dan gerak tarinya sangat berbeda.
Bila tari Topeng Cirebon berisi gerak Tari Topeng Panji, Samba,
Tumenggung, dan Kelana, pada Tari Topeng yang dikembangkan di Indramayu
ini ada gerak lain, di antaranya ada Samba Merah, Samba Udeng, dan
Rumyang.
Tari Topeng Panji yang bersimbol bayi yang baru lahir-sehingga
geraknya pun mencerminkan bayi yang baru lahir. Juga Tari Topeng Panji,
dengan pemain berkostum merah dan gerak yang gemulai. Sedang Tari Topeng
Samba, dimainkan penari lain dengan kostum hitam bertopeng putih,
geraknya lebih lincah dan dinamis.
Tari Topeng dibawakan oleh Mimi Rasinah, maestro tari topeng asal Indramayu
Salah satu pelestari Tari Topeng Indramayu adalah Sanggar Tari Topeng
Mimi Rasinah. Atas kearifan Toto Amsar Suanda seni tradisi Indramayu
ini pada tahun 1994 mengarungi Asia dan Eropa.
Keunikan dari seni tari ini bukan menjadi sekadar pertunjukan, namun sebuah kesenian yang memerlukan keyakinan dan penghayatan.
Keunikan dari seni tari ini bukan menjadi sekadar pertunjukan, namun sebuah kesenian yang memerlukan keyakinan dan penghayatan.
On 21.58 by Unknown No comments
SEKILAS TENTANG KEBUDAYAAN DI INDRAMAYU |
Indramayu - Potensi |
Penduduk Kabupaten Indramayu merupakan campuran
antara suku Sunda dan Jawa sehingga budaya yang tumbuh dan berkembang
merupakan bentuk implementasi ekspresi masyarakat setempat dipengaruhi
oleh kebudayaan Jawa dan Sunda sehingga bentuk kebudayaannya merupakan
merupakan akulturasi dari kedua kebudayaan tersebut . Adapun bentuk
kebudayaan Indramayu antara lain sebagai berikut: > Nadran Upacara ini merupakan sebuah cerminan dari sebuah hubungan manusia dengan sang pencipta dengan berupa ungkapan rasa sukur akan hasil tangkapan ikan dan mengharapkan akan meningkatnya hasil di masa mendatang serta dijauhkan dari bencana dan mara bahaya dalam mencari nafkah di laut. Umumnya upacara adat nadran ini diselenggarakan antara bulan Oktober sampai Desember di Pantai Eretan, Dadap, Karangsong, Limbangan, Glayem, Bugel dan Ujung Gebang. >Ngarot Upacara ini sudah ada sejak abad 16 dan sampai sekarang masih di selenggarakan, terutama oleh masyarakat desa di Kecamatan Lelea setiap menjelang penggarapan sawah. Upacara ini dilaksanakan agar mendapatkan hasil pertanian yang melimpah dan upacara adat ini dilaksanakan setiap hari rabu, minggu keempat bulan November dimana pesertanya adalah para muda- mudi dengan kostum y ang khas dan aksesoris yang gemerlap. > Jaringan Upacara kaum remaja yang bertujuan untuk mencari pasangan hidup yang dilaksanakn pada malam bulan purnama. kegiatan ini bertempat di desa parean Kecamatan kandang haur. > Ngunjung Yaitu upacara syukuran yang dilaksanakan di kuburan - kuburan yang dianggap keramat biasanya dilaksanakan pada bulan syuro mulud > Mapag Tamba Yaitu upacara yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengusir penyakit, dengan cara membawa air tambak ke dalam bungbung bambu yang berasal dari kasepuhan atau sumber untuk disiramkasan ke air yang mengalir ke sawah pada sawah yang berada di batas desa. > Mapag Sri Adalah upacara yang dilaksanakn dengan tujuan unutk mengungkapkan rasa syukur kepada sang pencipta atas tibanaya masa panen, dengan cara melaksanakan pergelaran kesenian wayang kulit sehari semalam dengan lakon khusus dan biasanya dilaksanakan di balai desa. > Sedekah Bumi Adalah upacara yang dilaksanakan oileh petani pada saat akan turun menggarap sawahnya. biasanya dilakukan pada awal musim hujanyaitusekitar bulan oktober sampai desember. Prosesi upacara ini biasanya dimulai dari berkumpulnya masyarakat disuatu tempat dilkukan doa bersama dan setalah itu dilaksanakan upacara adat. Beberapa jenis dan bentuk ekspresi diplementasikan dalam berbagai cara dan yang tergolong dalam konteks seni di antaranya adalah: > Tarling Merupakan perpaduan seni musik dan lagu yang pada awalnya di tampilkan dalam bentuk nyanyian yang hanya di iringi gitar dan suling. sejalan dengan perkembangan, kesenian tarling terkontaminasi dengan musik dangdut sehingga lahirlah kesenian tarling dangdut. > . Tari Topeng Dermayon Memiliki komposisi gerak tari yang khas dan dengan kostum topeng yang berciri spesifik yang membedakan dengan tari topeng dengan daerah lain. tari topeng dermayon ini telah mendapat apresiasi yang tinggi dengan di milikinya moestro tari topeng di Indramayu yaitu ibu Rasinah. > Wayang Golek Cepak Selain wayang kulit, Indramayu memiliki wayang golek cepak, yang merupakan bagian dari wayang purwa. Yang membedakan wayang ini dengan lainnya adalah lakon dan alur cerita, bentuk dan rupa tokohnya tidak di ambil dari pakem pawayangan. > Genjring Akrobat Yaitu berupa aktraksi dengan media tangga, sepeda roda 1 (satu) dengan di iringi alat musik genjring/ rebana dengan di lengkapi tari rudat. > . Sintren atau Lais Kesenian ini salah satu kesenian rakyat yang masih hidup dan berkembang, terutama di masyarakat pesisir utara, selain nuansa magic dan kurungan ayam yang menjadi daya tarik kesenian sintren ini adalah musik yang sangat khas berupa buyung, kendi dan bumbung/batang bambu. Sumber : indramayukab.go.id |
On 21.40 by Unknown No comments
Indramayu – Batik Indramayu termasuk
dalam jenis Batik Pesisir jika dilihat dari jenis pola-pola yang ada,
mayoritas motif batik yang digunakan di Indramayu hadir dalam kegiatan
penangkapan ikan di laut. Motif batik di Indramayu banyak mendapat
pengaruh besar dari gambar atau motif kaligrafi dari Arab, Cina atau
daerah Jawa Tengah / Jawa Timur.
Karakteristik menonjol dari Batik Indramayu adalah ranggam dinyatakan flora dan fauna bahkan, dengan borgol dan banyak garis lengkung yang lancip (riritan), latar belakang putih dan warna gelap dan banyak titik-titik yang dibuat dengan teknik cocolan jarum, dan bentuk dari isen-isen (sawut) yang pendek dan kaku. Motif Etong, misalnya, menggambarkan berbagai satwa laut yang dibawa pulang oleh setelah ikan laut seperti ikan, udang, cumi, ubur-ubur dan kepiting. Motif Kapal Terdampar menyiratkan bahwa kapal nelayan berada pada batu yang sedang terdampar. Motif Ganggeng, sesuai dengan nama yang menjelaskan jenis rumput laut yang ditemukan di Pantai Utara Jawa.
Sedangkan motif Kembang Gunda adalah tanaman yang tinggal di pesisir pantai dan bisa menjadi lauk pecel. Selain menjelaskan kegiatan di pesisir, batik motif khas Indramayu juga menggambarkan bahwa ada kegiatan sehari-hari seperti Motif Swastika, Motif Merak Ngibing, Motif Kereta Kencana, dan Motif Rombeng Jati. Motif Swastika diilhami oleh masa penjajahan Jepang, menggambarkan simbol kekerasan yang terjadi selama penjajahan Jepang. Merak Ngibing diilhami oleh motif yang indah burung merak. Sementara motif Kereta Kencana merupakan gambaran Raja Wilarodra yang sedang berada di kandang kuda kerajaan.
sumber : wiralodra.com
Karakteristik menonjol dari Batik Indramayu adalah ranggam dinyatakan flora dan fauna bahkan, dengan borgol dan banyak garis lengkung yang lancip (riritan), latar belakang putih dan warna gelap dan banyak titik-titik yang dibuat dengan teknik cocolan jarum, dan bentuk dari isen-isen (sawut) yang pendek dan kaku. Motif Etong, misalnya, menggambarkan berbagai satwa laut yang dibawa pulang oleh setelah ikan laut seperti ikan, udang, cumi, ubur-ubur dan kepiting. Motif Kapal Terdampar menyiratkan bahwa kapal nelayan berada pada batu yang sedang terdampar. Motif Ganggeng, sesuai dengan nama yang menjelaskan jenis rumput laut yang ditemukan di Pantai Utara Jawa.
Sedangkan motif Kembang Gunda adalah tanaman yang tinggal di pesisir pantai dan bisa menjadi lauk pecel. Selain menjelaskan kegiatan di pesisir, batik motif khas Indramayu juga menggambarkan bahwa ada kegiatan sehari-hari seperti Motif Swastika, Motif Merak Ngibing, Motif Kereta Kencana, dan Motif Rombeng Jati. Motif Swastika diilhami oleh masa penjajahan Jepang, menggambarkan simbol kekerasan yang terjadi selama penjajahan Jepang. Merak Ngibing diilhami oleh motif yang indah burung merak. Sementara motif Kereta Kencana merupakan gambaran Raja Wilarodra yang sedang berada di kandang kuda kerajaan.
sumber : wiralodra.com
Langganan:
Postingan (Atom)