Rabu, 09 Oktober 2013
On 21.06 by Unknown No comments
Lambang Himpunan Mahasiswa Islam |
|
Singkatan
|
HMI
|
Pembentukan
|
5 Februari 1947 M / 14 Rabiul
Awal 1366 H
|
Jenis
|
Organisasi
Kemahasiswaan, Organisasi Pengkaderan dan Perjuangan
|
Tujuan
|
Terbinanya insan
akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab
atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu
wata'ala.
|
Kantor pusat
|
|
Bahasa resmi
|
|
Ketua Umum Pengurus
besar Himpunan Mahasiswa Islam
|
Arief Nur
Rosyid (HMI DIPO)
Pudji Hartoyo (HMI MPO) |
Situs web
|
http://www.hmi.or.id (HMI DIPO)
http://www.pbhmi.net (HMI MPO) |
Himpunan Mahasiswa Islam (disingkat HMI) adalah sebuah organisasi yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal 5 Februari1947, atas prakarsa Lafran Pane beserta 14 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam Yogyakarta.
Sebelum Lahirnya HMI Sejarah
Sebelum lahirnya Himpunan
Mahasiswa Islam, terlebih dulu berdiri organisasi kemahasiswaan
bernama Persyerikatan
Mahasiswa Yogyakarta (PMY) pada tahun 1946 yang
beranggotakan seluruh mahasiswa dari tiga Perguruan Tinggi di Yogyakarta,
yaitu Sekolah Tinggi Teknik (STT), Sekolah Tinggi Islam (STI) dan Balai Perguruan
Tinggi Gajahmada yang pada waktu itu hanya memiliki Fakultas Hukum dan Fakultas Sastra. Kegiatan
yang diselenggarakan oleh Persyerikatan
Mahasiswa Yogyakarta selalu berbau Kolial Belanda. Sering
pesta dengan poloniase, dansa serta minum-minuman keras.
Oleh karena Persyerikatan
Mahasiswa Yogyakarta dirasa tidak memperhatikan kepentingan
para mahasiswa yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Tidak
tersalurnya aspirasi keagamaan merupakan alasan kuat bagi para mahasiswa Islamuntuk mendirikan
organisasi kemahasiswaan yang berdiri dan terpisah dari Persyerikatan
Mahasiswa Yogyakarta.
Pada tahun 1946, suasana politik
di Indonesia khususnya
di Ibukota Yogyakarta mengalami polarisasi antara pihak Pemerintah
yang dipelopori oleh Partai Sosialis,
pimpinan Syahrir - Amir Syarifuddin dan
pihak oposisi yang dipelopori oleh Masyumi,
pimpinanSoekiman - Wali Al-Fatah dan PNI, pimpinan Mangunsarkoro - Suyono Hadinoto serta Persatuan
Pernyangannya Tan Malaka. Polarisasi ini bermula pada dua pendirian
yang saling bertolak belakang, pihak Partai Sosialis (Pemerintah)
menitik beratkan perjuangan memperoleh pengakuan Indonesia kepada
perjuangan berdiplomasi, pihak oposisi pada perjuangan bersenjata melawanBelanda.
Polarisasi ini membawa mahasiswa yang juga
sebagian besar dari mereka adalah pengurus Persyerikatan
Mahasiswa Yogyakartaberorientasi kepada Partai Sosialis. Melalu
mereka inilah Partai Sosialis mencoba
mendominir Persyerikatan
Mahasiswa Yogyakarta. Namun mahasiswa yang masih memiliki idealis
tidak dapat membiarkan usaha Partai Sosialis hendak
mendominirPersyerikatan
Mahasiswa Yogyakarta. Dengan suasana yang sangat kritis
dikarenakan Belanda semakin
memperkuatkan diri dengan terus-menerus mendatangkan bala bantuan dengan
persenjataan modern yang kemudian pada tanggal 21 Juli 1947terjadilah yang
dinamakan Agresi Militer Belanda I. Dengan situasi
yang demikian para mahasiswa yang berideologi murni tetap bersatu
menghadapi Belanda,
mencegak setidak-tidaknya mengurangi efek-efek dari polarisasi politik yang
sangat melemahkan potensi Indonesia menghadapi Belanda.
Karenanya mereka menolah keras akan sikap dominasi Partai Sosialis terhadap
mahasiswa yang dinilai akan mengakibatkan dunia mahasiswa terlibat dalam
polarisasi politik.
Berbagai hal ini yang mendorong beberapa
orang mahasiswa untuk mendirikan organisasi baru. Meskipun sebenarnya jauh
sebelum adanya keinginan untuk mendirikan organisasi baru sudah ada cita-cita
akan itu, namun selalu ditunda dan dianggap belum tepat. Namun melihat dari
berbagai kondisi yang ada dirasa cita-cita yang sudah lama diharapkan itu perlu
diwujudkan karena bila membiarkan Persyerikatan
Mahasiswa Yogyakarta lebih lama didominasi oleh Partai Sosialis adalah
hal yang tidak tepat. Penolakan sikap dominasi Partai Sosialis terhadap Persyerikatan
Mahasiswa Yogyakarta tidak hanya datang dari kalangan
mahasiswa Islam,
melainkan juga mahasiswakristen, mahasiswa katolik,
serta berbagai mahasiswa yang masih menjunjung teguh ideologi keagamaan.
Awal Berdirinya HMI
Himpunan Mahasiswa Islam di prakarsai
oleh Lafran Pane, seorang
mahasiswa tingkat I (semester I) Sekolah Tinggi Islam (sekarang Universitas Islam Indonesia (UII)).
Ia mengadakan pembicaraan dengan teman-temannya mengenai gagasan membentuk
organisasi mahasiswa bernafaskan Islam dan setelah
mendapatkan cukup dukungan, pada bulan November 1946, ia mengundang para
mahasiswa Islam yang
berada di Yogyakarta baik di Sekolah Tinggi Islam, Balai Perguruan
Tinggi Gajah Mada dan Sekolah Teknik Tinggi,
untuk menghadiri rapat, guna membicarakan maksud tersebut. Rapat-rapat ini
dihadiri kurang lebih 30 orang mahasiswa yang di antaranya adalah anggota Persyerikatan
Mahasiswa Yogyakarta dan Gerakan Pemuda
Islam Indonesia. Rapat-rapat yang digelar tidak menghasilkan
kesepakatan. Namun Lafran Pane mengambil
jalan keluar dengan mengadakan rapat tanda undangan, yaitu dengan mengadakan
pertemuan mendadak yang mempergunakan jam kuliah Tafsir oleh Husein Yahya. Pada
tanggal 5 Februari 1947(bertepatan
dengan 14 Rabiulawal 1366 H), di salah satu ruangan kuliah Sekolah Tinggi Islam di Jalan
Setyodiningratan 30 (sekarang Jalan Senopati) Yogyakarta,
masuklahLafran Pane yang
langsung berdiri di depan kelas dan memimpin rapat yang dalam prakatanya
mengatakan : "Hari ini adalah rapat pembentukan organisasi Mahasiswa
Islam, karena semua persiapan yang diperlukan sudah beres".
Kemudian ia meminta agar Husein Yahya memberikan
sambutan, namun beliau menolak dikarenakan kurang memahami apa yang disampaikan
sehubungan dengan tujuan rapat tersebut.
Pernyataan yang dilontarkan oleh Lafran
Pane dalam rapat tersebut adalah :
·
Rapat ini merupakan rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam yang anggaran
dasarnya telah dipersiapkan.
·
Rapat ini bukan lagi mempersoalkan perlu atau tidaknya ataupun setuju atau
menolaknya untuk mendirikan organisasi Mahasiswa Islam.
·
Diantara rekan-rekan boleh menyatakan setuju dan boleh tidak. Meskipun
demikian apapun bentuk penolakan tersebut, tidak menggentarkan untuk tetap
berdirinya organisasi Mahasiswa Islam ketika itu,
dikarenakan persiapan yang sudah matang.
Setelah dicerca berbagai pertanyaan dan
penjelasan, rapat pada hari itu dapat berjalan dengan lancar dan semua peserta
rapat menyatakan sepakat dan berketetapan hati untuk mengambil keputusan :
·
Hari Rabu Pon 1878, 15 Rabiulawal 1366 H, tanggal 5 Februari 1947, menetapkan
berdirinya organisasi Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI yang
bertujuan :
·
Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat
Rakyat Indonesia
·
Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam
·
Mengesahkan anggaran dasar Himpunan Mahasiswa Islam. Adapun Anggaran Rumah
Tangga akan dibuat kemudian.
·
Membentuk Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam.
Adapun peserta rapat yang berhadir
adalah Lafran Pane, Karnoto Zarkasyi, Dahlan Husein, Maisaroh Hilal (cucu
pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan), Suwali, Yusdi Ghozali; tokoh utama
pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII), Mansyur, Siti Zainah (istri Dahlan Husein), Muhammad Anwar, Hasan Basri, Zulkarnaen, Tayeb Razak, Toha Mashudidan Bidron Hadi.
Selain itu keputusan rapat tersebut
memutuskan kepengurusan Himpunan Mahasiswa Islam sebagai berikut :
Ketua
|
|
Wakil
Ketua
|
|
Penulis I
|
Anton Timoer
Djailani, salah satu pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII)
|
Penulis II
|
|
Bendahara
I
|
|
Bendahara
II
|
|
Anggota
|
Suwali
Yusdi Gozali, pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII) Mansyur SUMBER : wikipedia.com |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar