Senin, 24 Agustus 2015
On 02.11 by Unknown No comments
Oleh : Irfan Fauzi
Indramayu adalah sebuah kabupaten yang terletak di bagian
utara provinsi Jawa Barat. Sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani
karena di daerah ini masih banyak lahan persawahan. Berdasarkan data Bappeda Indramayu tahun 2009,
Indramayu memiliki luas sekitar 204.600 Ha, sebagian besar lahannya
dipergunakan untuk sawah irigasi tepatnya 121.355 Ha, serta sawah tadah hujan
seluas 12.420 ha.
Tidak heran jika Indramayu terkenal sebagai lumbung padi di Provinsi Jawa
Barat. Di daerah ini juga lah terletak Terminal Minyak Balongan yang menghasilkan
yang sejak Tahun 1980 dioperasikan oleh Pertamina dengan produksi Minyak
sebesar 125.000 barrel per tahun.
Kekayaan alam Indramayu di atas hingga kini belum banyak
membawa kesejahteraan bagi masyarakatnya. Seperti di tempat kelahiran saya,
Kecamatan Gabuswetan, dimana banyak masyarakat yang hidupnya yang hanya bergantung
kepada pertanian. Minimnya pengetahuan akan pemanfaatan sumber daya alam
membuat masyarakat hidup dalam kemiskinan. Terminal Minyak Balongan, yang sejak
tahun 1994 hingga kini dioperasikan oleh PERTAMINA, kebanyakan merekrut tenaga
kerja asal Indramayu pada sektor buruh kasar. Ini terjadi karena tingkat
pendidikan masyarakat yang rendah, terlebih dalam hal pemanfaatan sumber daya
alam.
Berdasarkan pengalaman saya, dari satu angkatan SD hanya
3-4 orang yang melanjutkan studi S1. Sisanya ada yang meneruskan hanya sampai
SMA, bahkan hanya sampai SMP. Di desa asal
saya pun demikian, hanya 7-9 orang yang mengenyam bangku perkuliahan.
Kebanyakan pemuda sejak dini sudah bekerja baik menjadi buruh tani, buruh
bangunan di kota, hingga pengangguran. Untuk itu kesadaran akan pentingnya
pendidikan bagi masyarakat Indramayu masih rendah yang berakibat pada rendahnya
tingkat kesejahteraan masyarakat.
Maka langkah yang saya tempuh sebagai usaha mewujudkan
mimpi menyebarkan pendidikan di daerah asal bermula dari kuliah saya di prodi
Pendidikan Fisika UIN Sunan Kalijaga. Selama melakukan perkuliahan S1 di
kampus, saya turut aktif dalam berbagai kegiatan pendidikan non formal,
khususnya di HMI. Sejak tahun 2011 saya sudah menjadi anggota HMI. Saya belajar
untuk mengurus dan mengembangkan HMI di Fakultas Saintek UIN. Berbagai kegiatan
perkaderan saya lakukan, juga kegiatan sosial seperti bakti sosial di Panti
Asuhan, mengadakan program pengajaran anak-anak panti asuhan, hingga
penggalangan dana korban bencana. Saat Tahun 2014 saya menjadi pengurus Badan
Pengelola Latihan (BPL) HMI Cab. Yogyakarta. Tugas saya disini adalah mengkader
para calon anggota hingga yang sudah menjadi anggota melalui training formal
dan informal. Melalui perkaderan ini, saya belajar untuk mendidik para
mahasiswa dengan background keilmuan yang berbeda. Disamping itu kegiatan Program
Latihan Profesi (PLP) berupa pengajaran fisika untuk siswa SLTA kelas X,XII,
dan XII juga dilakukan untuk mengasah kemampuan mendidik yang kelak akan saya
gunakan.
Pada tahun 2010, saat Gunung Merapi meletus dan
meluluhlantakkan tempat tinggal masyarakat sekitar, saya turut menjadi relawan
melalui organisasi alumni Pesantren Persis yang bekerja sama dengan Pusat Zakat
Umat (PZU) serta PP Persis. Kegiatan kami saat itu tidak hanya menyalurkan
bantuan-bantuan yang datang dari PZU serta PP Persis, kami juga turut menghibur
anak-anak korban Merapi, membagikan daging kurban saat idul adha, pengawasan
pembuatan shelter Merapi, hingga berniat menyekolahkan beberapa anak korban
Merapi di Pesantren Persis yang ada di Jawa Barat meskipun akhirnya gagal
karena masalah perizinan orang tua.
Kemudian pada tahun 2013, saat menjalani Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Kumendaman, Mantrijeron, Yogyakarta saya dan teman-teman
KKN belajar untuk berbaur dan mendekatkan diri dengan masyarakat kota yang
cenderung individualistis. Namun setelah proses adaptasi secara terus menerus,
masyarakat setempat bisa menerima kehadiran kami hingga melibatkan kami dalam
kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti pendataan penduduk, kegiatan desa,
pembuatan peta rumah, pembuatan apotek hidup, hingga pendirian organisasi
remaja masjid setempat, yang pembentukannya hingga pengawasan 2-3 bulan
setelahnya juga diakomodir oleh kami.
Mungkin sumbangsih nonmateri di atas yang saya berikan
kepada Indonesia tidak terlalu berdampak secara luas. Tetapi saya percaya bahwa
peran yang besar bermula dari langkah-langkah kecil seperti yang saya lakukan
dalam mengkader anggota HMI, pengabdian KKN, keterlibatan dalam relawan Merapi
serta langkah-langhkan lainnya.
Namun saya memiliki proyeksi ke depan dan menjadi
tantangan utama bagi saya yaitu masalah kesadaran pendidikan masyarakat di
Indramayu khususnya Kecamatan Gabuswetan. Saya berencana tidak hanya menjadi
seorang guru fisika saja, saya ingin bisa berperan melalui komunitas/organisasi
yang peduli akan pendidikan di Indramayu. Selanjutnya, pedirian sebuah lembaga
pendidikan yang dapat diakses oleh berbagai elemen masyarakat Indramayu juga
menjadi cita-cita ke depan. Harapannya dengan studi saya di S2 di Program Pengembangan
Kurikulum saya bisa mewujudkan itu semua secara perlahan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar